Puisi : Penyihir berantai.
Mulut mereka berbisa, meracuni yang didekatnya.
Penampilan aduhai, diberi kelebihan yang maha kuasa. Tapi dibuat yang tak seharusnya.
Hati mereka teracuni oleh harta, jika tak uang. Maka benda.
Bermuka lebih, lebih dari dua. Muka busuk!
Iblis-pun terpikat kepada mereka, apalagi kurcaci, semut-pun terkecoh.
Sungguh kasian mereka, karena mereka kekal di dalamnya. Neraka
Entah kenapa diriku belakangan ini merasakan sesuatu yang kurang enak, merasa resah untuk sesuatu yang tak ketahui benar tidaknya. Mungkin kalian mau membaca curhatanku ini, jika tidak maka itu kembali pada keputusan kalian masing-masing. Ini hanya coretanku, sebuah kumpulan kata, menjadi kalimat dan akhirnya terbentuk rapi menjadi paragraf yang kububuhkan dalam internet melalui keputusan hati dan pikiran yang lumayan panjang.
Tak lepas dari masalah sosial belakangan ini, dengan headline anak abg yang hamil diluar nikah, anak sd yang dibolehin bawa motor, atau anak sd sampai anak sma baru gede berbicara yang tak seharusnya mereka bicarakan. Prihatin sebagai pribadi yang dulu pernah merasakan menjadi anak-anak melihat adik adik sekarang ini. Aku juga seorang pengajar tpa dengan catatan saat sang ustad tak datang karena berhalangan hadir, maka aku lah yang menggantikan. Aku tak ingin membahas bagaimana enak atau tidaknya menjadi pengajar, para murid-murid ku terdiri dari latar belakang kehidupan yang berbeda, beda orang tua, beda cara mendidik. Ada yang dengan cara kelembutan, ada juga yang blak-blak an didepan anaknya. Campur.
Mereka kuanggap adek-adekku sendiri, beda orang maka beda juga cara mengajarnya. mungkin karena aku sadar kalau setiap individu memliki sifatnya masing-masing. Lebih daripada itu kuanggap mereka adalah hamba ALLAH yang miskin akan ilmu, dan aku sendiri hanya sebagai orang yang sedikit tahu tentang ilmu maka tak ada salahnya dengan sedikit ilmuku ini ku berbagi dengan mereka. Setiap kali susana tak kondusif maka akan kegedor-gedorkan papan tulis, atau aku pura-pura batuk dengan nada yang ditinggikan. Ehemm! Jika memang masih sama, maka aku memilih diam sampai para muridku sadar sendiri. Walaupun cara itu akan sangat efektif jika mereka sadar, kalau tidak maka kesabaranku mendapat cobaan.
Aku selalu mengamati mereka, tema perbincangan apa yang mereka omongkan, bagaimana raut muka mereka saat mereka bahagia, senang, atau sedih. Suka tak suka selain menjadi pengajar aku juga harus menjadi seorang psikolog amatir, agar nanti tak berlebihan jika memarahai mereka. Karena beda raut muka, beda juga suasana hati para anak didikku. Selain itu harus kuakui tv berperan aktif dengan perkembangan adek-adek ini, jika dulu siaran tv dimalam hari tak ubahnya acara ujinyali, maka sekarang siaran tv diwaktu yang sama tak ubahnya dengan kelabilan. Cinta menye dari pemeran utama dan sang pasangan sangatlah tak bermutu, sin dalam adegan yang tak kurang dari cinta yang berliku. Seolah memang cinta itu susah.
Entah, memang karena mereka tak pernah kecil atau merasa/melihat dampak apa yang mereka lakukan dengan anak didikku atau dengan adek-adek lainnya di indonesia. Aku memahami fenomena ini tak ubahnya para koruptor, jika dibilang niatnya baik. Mereka yang duduk di kursi pemerintahan juga punya niatan baik, yaitu menghidupi anak-anaknya, tapi dengan perbuatan menyuci uang yang bukan haknya itu,apakah bisa niatan baik itu menjadi perbuatan baik pula?
Jika ditanya baik pemeran, atau pun pemegang mekrofon dalam sinetron itu, pastilah mereka menjawab sekena mulut mereka. Biasanya dan mainstreamnya mereka mengaku hanya ingin agar anak anak mengenal cinta lebih dalam(huwek), dan cinta agama. Maka dari sini harus ku garis bawahi tentang cinta agama , apakah bisa orang yang cinta agama padahal aslinya memiliki agama yang berlainan, apakah bisa cinta agama jika mereka sendiri tahu agama dari kuping ke kuping.
Ya begitulah aku mencurahkan perasaanku dalam tulisan ini, jika kau merasa aku menulis ini dengan amarah maka kau salah! Aku menulis ini dengan tangan, ke sepuluh jari tangan. Terus apa sambungan dengan para anak didikku dengan acara tv itu, baik para anak didikku atau anak anak lainnya di indonesia ini adalah korban dari kepentingan beberapa manusia yang hanya memikirkan duit. Jika kau tanya bagaimana para anak-anak ini nanti di masa depan, maka jangan tanyakan aku. Tanyakan dirimu sendiri, mulai dari mana kamu bisa mencegah para anak anak ini untuk tak meloncong dari aturan hidup, simpelnya gini jika kau lihat ada anak yang belum cukup umur sedang merokok maka dekati dia dan suruh untuk tidak merokok dengan caramu sendiri, jika hal demikian tak digubrisnya. Maka kedua orang tuanya harus tahu dengan perbuatan anak itu, jika anak tersebut nongkrong gak jelas maka keamanan sipil harus mengetahuinya juga. Disini aku mengajak kita untuk berperan aktif dalam hal menanggulai hal yang tak di inginkan terjadi. Jangan judge saat itu juga tanpa kita tahu darimana asal-usulnya. Maka dengan demikian kita lah, manusia yang sadar dengan hal ini untuk benar benar peduli!
Sekian dariku, perutku sudah tak kuat menahan lapar. Aku makan dulu, makasih!
walaikum salam wr.wb!
Mulut mereka berbisa, meracuni yang didekatnya.
Penampilan aduhai, diberi kelebihan yang maha kuasa. Tapi dibuat yang tak seharusnya.
Hati mereka teracuni oleh harta, jika tak uang. Maka benda.
Bermuka lebih, lebih dari dua. Muka busuk!
Iblis-pun terpikat kepada mereka, apalagi kurcaci, semut-pun terkecoh.
Sungguh kasian mereka, karena mereka kekal di dalamnya. Neraka
Entah kenapa diriku belakangan ini merasakan sesuatu yang kurang enak, merasa resah untuk sesuatu yang tak ketahui benar tidaknya. Mungkin kalian mau membaca curhatanku ini, jika tidak maka itu kembali pada keputusan kalian masing-masing. Ini hanya coretanku, sebuah kumpulan kata, menjadi kalimat dan akhirnya terbentuk rapi menjadi paragraf yang kububuhkan dalam internet melalui keputusan hati dan pikiran yang lumayan panjang.
Tak lepas dari masalah sosial belakangan ini, dengan headline anak abg yang hamil diluar nikah, anak sd yang dibolehin bawa motor, atau anak sd sampai anak sma baru gede berbicara yang tak seharusnya mereka bicarakan. Prihatin sebagai pribadi yang dulu pernah merasakan menjadi anak-anak melihat adik adik sekarang ini. Aku juga seorang pengajar tpa dengan catatan saat sang ustad tak datang karena berhalangan hadir, maka aku lah yang menggantikan. Aku tak ingin membahas bagaimana enak atau tidaknya menjadi pengajar, para murid-murid ku terdiri dari latar belakang kehidupan yang berbeda, beda orang tua, beda cara mendidik. Ada yang dengan cara kelembutan, ada juga yang blak-blak an didepan anaknya. Campur.
Mereka kuanggap adek-adekku sendiri, beda orang maka beda juga cara mengajarnya. mungkin karena aku sadar kalau setiap individu memliki sifatnya masing-masing. Lebih daripada itu kuanggap mereka adalah hamba ALLAH yang miskin akan ilmu, dan aku sendiri hanya sebagai orang yang sedikit tahu tentang ilmu maka tak ada salahnya dengan sedikit ilmuku ini ku berbagi dengan mereka. Setiap kali susana tak kondusif maka akan kegedor-gedorkan papan tulis, atau aku pura-pura batuk dengan nada yang ditinggikan. Ehemm! Jika memang masih sama, maka aku memilih diam sampai para muridku sadar sendiri. Walaupun cara itu akan sangat efektif jika mereka sadar, kalau tidak maka kesabaranku mendapat cobaan.
Aku selalu mengamati mereka, tema perbincangan apa yang mereka omongkan, bagaimana raut muka mereka saat mereka bahagia, senang, atau sedih. Suka tak suka selain menjadi pengajar aku juga harus menjadi seorang psikolog amatir, agar nanti tak berlebihan jika memarahai mereka. Karena beda raut muka, beda juga suasana hati para anak didikku. Selain itu harus kuakui tv berperan aktif dengan perkembangan adek-adek ini, jika dulu siaran tv dimalam hari tak ubahnya acara ujinyali, maka sekarang siaran tv diwaktu yang sama tak ubahnya dengan kelabilan. Cinta menye dari pemeran utama dan sang pasangan sangatlah tak bermutu, sin dalam adegan yang tak kurang dari cinta yang berliku. Seolah memang cinta itu susah.
Entah, memang karena mereka tak pernah kecil atau merasa/melihat dampak apa yang mereka lakukan dengan anak didikku atau dengan adek-adek lainnya di indonesia. Aku memahami fenomena ini tak ubahnya para koruptor, jika dibilang niatnya baik. Mereka yang duduk di kursi pemerintahan juga punya niatan baik, yaitu menghidupi anak-anaknya, tapi dengan perbuatan menyuci uang yang bukan haknya itu,apakah bisa niatan baik itu menjadi perbuatan baik pula?
Jika ditanya baik pemeran, atau pun pemegang mekrofon dalam sinetron itu, pastilah mereka menjawab sekena mulut mereka. Biasanya dan mainstreamnya mereka mengaku hanya ingin agar anak anak mengenal cinta lebih dalam(huwek), dan cinta agama. Maka dari sini harus ku garis bawahi tentang cinta agama , apakah bisa orang yang cinta agama padahal aslinya memiliki agama yang berlainan, apakah bisa cinta agama jika mereka sendiri tahu agama dari kuping ke kuping.
Ya begitulah aku mencurahkan perasaanku dalam tulisan ini, jika kau merasa aku menulis ini dengan amarah maka kau salah! Aku menulis ini dengan tangan, ke sepuluh jari tangan. Terus apa sambungan dengan para anak didikku dengan acara tv itu, baik para anak didikku atau anak anak lainnya di indonesia ini adalah korban dari kepentingan beberapa manusia yang hanya memikirkan duit. Jika kau tanya bagaimana para anak-anak ini nanti di masa depan, maka jangan tanyakan aku. Tanyakan dirimu sendiri, mulai dari mana kamu bisa mencegah para anak anak ini untuk tak meloncong dari aturan hidup, simpelnya gini jika kau lihat ada anak yang belum cukup umur sedang merokok maka dekati dia dan suruh untuk tidak merokok dengan caramu sendiri, jika hal demikian tak digubrisnya. Maka kedua orang tuanya harus tahu dengan perbuatan anak itu, jika anak tersebut nongkrong gak jelas maka keamanan sipil harus mengetahuinya juga. Disini aku mengajak kita untuk berperan aktif dalam hal menanggulai hal yang tak di inginkan terjadi. Jangan judge saat itu juga tanpa kita tahu darimana asal-usulnya. Maka dengan demikian kita lah, manusia yang sadar dengan hal ini untuk benar benar peduli!
Sekian dariku, perutku sudah tak kuat menahan lapar. Aku makan dulu, makasih!
walaikum salam wr.wb!
Komentar
Posting Komentar